Ilustrasi (NET) |
Hyena adalah predator pemangsa yang licik dan pengecut. Jika merasa terancam, ia akan mengeluarkan suara berdecit yang akan memekakkan hewan lain untuk melindungi dirinya sendiri. Tidak jauh beda dengan decitan-decitan kosong tak berisi, yang sering terucap oleh bibir oknum-oknum politisi untuk menaikkan eksistensi ataupun menyerang lawan politiknya. Terkadang decitan itu digunakan untuk menyerang, tidak jarang juga digunakan untuk berkilah. Unik memang, tapi tidak langka.
Oknum-oknum politisi terkadang memang terlihat layaknya hyena yang licik dan pengecut, jika punya luka dan mulai tersudutkan, ia akan berdecit tidak karuan, sambil bersembunyi dibalik semak belukar rekayasa dan pembungkaman.
Namun jangan salah, oknum-oknum politisi ini juga predator, sama halnya dengan hyena. Ia siap memangsa rakyat awam dan polos untuk diperas, digrogoti lalu ditelantarkan layaknya bangkai. Oknum-oknum politisi yang seperti ini bisa kita sebut sebagai Politisi Hyena, dan caranya berpolitik dengan licik dan penuh tipudaya bisa kita sebut dengan Politik Hewani.
Para Politisi Hyena ini selalu bertengkar satu sama lain apabila telah masuk suatu musim. Membuat musim tersebut menjadi kian panas. Ada yang berkelahi antar individu, ada juga yang antar gerombolan untuk memperebutkan kedudukan suatu wilayah. Tanpa mereka sadari, decitan-decitan mereka yang tak berisi dan terkadang palsu kerap membuat orang lain yang tidak tahu apa-apa menjadi sengsara dan bodoh.
Dari dulu hingga sekarang ini semua tergantung pada kita, apakah kita rela tanah air ini menjadi hutan belantara yang tandus, tempat para Hyena bermain-main. Mari kita bersama-sama berusaha menjadi lebih cerdas dan tangguh, layaknya singa yang menguasai hutan rimba, karena kekuasaan ada pada kita, Rakyat Indonesia. Hidup Rakyat Indonesia...!!!
Comments
Post a Comment