Di penghujung akhir tahun 2018 para pemilik cita-cita menjadi Kepala Dinas dan Sekda kembali melihat butir-butir harapan untuk menggapai angannya. Tidak hanya para diploma dan sarjana yang baru lulus kuliah, para honorer yang sudah menua (bahkan sampai jenggotan) di lembaga pemerintahan juga tampak gembira menggebu-gebu layaknya jomblo bertemu gebetan.
Namun, sangat disayangkan kesempatan tersebut mempunyai kemungkinan keberhasilan yang sangat kecil. Bayangkan saja, misalnya formasi Dokter Umum mempunyai pelamar sebanyak 300 orang namun yang diterima hanya 1 orang, apa yang anda bayangkan ?? Sudah pasti lebih sulit ketimbang harus mencari pacar tambahan kan.
Tidak hanya proporsi kuota penerimaan yang tidak sesuai dengan jumlah pemburu status menantu idaman (PNS) ini, tapi sistem passing greed kali ini juga terkenal ampuh untuk menggugurkan secercah harapan mereka. Bayangkan saja, dibeberapa media berita yang telah dipantau oleh Pencoret Kertas, rata-rata peserta CPNS gagal ujian Seleksi Kompetensi Dasar (SKD).
Setelah Pencoret Kertas telusuri ternyata banyak peserta yang gugur pada soal ujian kategori Tes Karakteristik Peribadi (TKP). Kira-kira kenapa coba ?? Apa yang salah dari peribadi mereka ?? Apa mungkin karena sebagian dari mereka masih mengharapkan mantan, sehingga peribadi mereka dinilai cenderung suka melakukan hal yang sia-sia ?? Hmmm, ini sungguh membingungkan.
Meskipun begitu, ada juga beberapa yang beruntung lolos ke tahap Seleksi Kompetensi Bidang (SKB), diantaranya adalah orang-orang yang memang sudah matang, siap mental/pengetahuan, dan yang pasti mereka bukan jomblo ngenes yang selalu berharap balikan ama mantan, yah, seperti yang sedang membaca tulisan ini, anda jomblo kan ?? Masih berharap sama mantan ?? Dasar lemah, kalau anda seperti itu jangan harap bisa lulus jadi PNS Tahun ini, lebih baik jadi pengemis cinta saja sana, karena negara ini gak butuh PNS yang berstatus jomblo ngenes. Negara ini butuh PNS yang pantang menyerah, cekatan, berwawasan dan profesional, bukan yang mudah termakan janji-janji, apa lagi janji kampanye.
Comments
Post a Comment